Saturday 14 August 2010

Kesalahan Memasak yang Mengundang Racun

Banyak orang enggan makan di tempat yang kurang bersih karena takut keracunan. Padahal, sebenarnya keracunan makanan bisa berawal dari dapur sendiri.

Berdasarkan data YLKI, tren kasus keracunan makanan meningkat tajam sejak tahun 2004. Sekitar 45 persennya terjadi pada anak-anak sekolah. Dan, sampai sekarang, kasus keracunan makanan tetap saja banyak terjadi silih berganti di berbagai daerah. Penyebabnya sangat beragam. Ada yang karena jajan sembarangan dan tidak sedikit juga karena menyantap olahan dapur rumahan.

"Riset membuktikan ternyata orang tidak terlalu berhati-hati dalam mengolah makanan seperti yang seharusnya," kata Janet B Anderson, RD, profesor klinik bidang nutrisi dan ilmu makanan di Utah University. "Banyak orang percaya bahwa mereka sudah melakukan prosedur yang benar, padahal kenyataannya tidak."

Berikut adalah beberapa kesalahan yang selama ini sering kita lakukan di dapur, yang akhirnya bisa menyebabkan keracunan makanan.

Hanya mencuci buah yang kulitnya bisa dimakan. Padahal, buah yang kulit dan bijinya tidak bisa dimakan, seperti pisang dan melon misalnya, bisa sama berbahayanya. Bakteri bisa berpindah dari kulit luar ke daging buah melalui pisau pemotong. Kesimpulannya, semua jenis buah-buahan harus dicuci.
Dianjurkan: Kupas juga kulit tomat, stroberi, dan paprika setelah dicuci.

Meninggalkan sisa makanan di atas kompor. Meninggalkan sisa makanan di panci di atas kompor, meski dengan tujuan supaya makanan tetap hangat, justru akan merusak makanan tersebut. Menghangatkan makanan—yang kita kira bisa mengurangi kemungkinan timbulnya racun—justru memberi hasil sebaliknya. Beberapa racun justru terbentuk karena makanan dihangatkan. Aturan yang benar: simpan sisa makanan di dalam kulkas. Hangatkan ketika jam makan hampir tiba.
Dianjurkan: Tempatkan sisa makanan yang masih hangat dalam wadah kecil dan tidak terlalu tinggi supaya makanan lebih cepat dingin. Jangan penuhi kulkas dengan wadah berisi makanan. Mengapa? Karena kulkas yang penuh jadi tidak bisa mengeluarkan udara dingin dengan efisien.

Memanggang daging hingga warna merahnya hilang. Penelitian di Kansas University mengatakan bahwa mata kita tidak bisa digunakan sebagai ukuran matang tidaknya sepotong daging. Contohnya, daging yang dibekukan akan cepat berubah warna menjadi coklat saat dimasak meski sebenarnya belum benar-benar matang. Sebaliknya, beberapa jenis daging cincang segar bisa tetap berwarna merah muda saat mencapai tingkat kematangan yang sempurna.

Satu-satunya cara untuk mengetahui tingkat kematangan daging yang benar adalah dengan menggunakan termometer daging. Daging disebut matang kalau suhunya sudah 71 derajat celsius atau lebih saat dimasak.
Dianjurkan: Kalau merasa daging yang dimasak belum cukup panas dan kita ingin memasaknya lebih lama, cuci dahulu termometer daging sebelum digunakan kembali untuk menghindari terjadinya kontaminasi.

Langsung mencuci sayuran. Saat membawa sayuran segar pulang dari swalayan, kita jadi ingin langsung membersihkannya dan menyimpannya dalam kulkas. Tetapi, kebiasaan ini justru bisa menyebabkan tumbuhnya jamur dan mikroba. Penyebabnya adalah kelembaban yang tertinggal dari air cucian, kata Linda J Harris, PhD, direktur riset keamanan makanan Western Institute, University of California. Sebaiknya, bersihkan sayur tepat sebelum kita mengolahnya.
Dianjurkan: Kupas lapisan luar selada dan kubis. Di bagian inilah kontaminasi paling banyak terjadi. Bersihkan juga bagian-bagian lainnya. Jangan gunakan sabun karena dapat meninggalkan residu berbahaya.

Read More......

33 Orang Bertumbangan Usai Kenduri

Korban keracunan makanan kenduri yang menimpa warga Ngebrak Timur, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, saat ini bertambah menjadi 33 orang.


Kepala Dusun Ngebrak Timur, Supriyadi, Sabtu, mengatakan korban keracunan yang waktu kejadian hanya 16 orang namun saat ini bertambah menjadi 33 orang.

"Semula warga yang keracunan makanan dan dilarikan ke rumah sakit berjumlah 16 orang namun sampai siang Sabtu (14/8/2010) korban bertambah menjadi 33 orang," katanya.

Dia mengatakan korban keracunan semuanya segera dimintakan pertolongan medis. "Warga yang lain segera melarikan korban keracunan ke ke Puskesmas, balai pengobatan dan dokter praktik umum," katanya.

Dia mengatakan korban yang mendapatkan perawatan di Puskesmas Semanu I berjumlah sepuluh orang, dokter praktik umum satu orang, RSUD Wonosari lima lima orang, RS Pelita Husada Semanu berjumlah lima orang, dan delapan orang mendapat perawatan di Balai Pengobatan Al Mubarok.

"Selain 31 orang rawat inap, ada dua orang yang tidak opname dan cukup dengan perawatan jalan," katanya.

Dia mengatakan korban terlihat selalu muntah-muntah bahkan ada yang sampai kejang. "Warga menjadi panik dengan bertambahnya korban keracunan makanan karena para korban bukan hanya muntah-muntah namun sampai kejang-kejang," katanya.

Korban keracunan merupakan warga yang sebelumnya makan nasi kenduri pada saat mengikuti tardisi upacara selamatan 40 hari di rumah salah satu warga pada Kamis (12/8/2010) sekitar pukul 21.00 WIB, kemudian keesokan harinya ketika hendak makan sahur ada warga yang mengeluh pusing, mual, muntah-muntah dan diare.

Read More......

Curi Timun untuk Sahur, Lima Pemuda Dibui

Gara-gara mencuri dua buah timun emas, lima pemuda asal Desa Padmonegoro, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur, harus berurusan dengan polisi. Mereka pun kini mendekam di Mapolsek Sukodono.

Lima pemuda itu mencuri timun di sawah milik Suyono di Desa Jumputrejo, Kecamatan Sukodono, Kamis (12/8) malam. Kelima pemuda itu adalah Hafid Amrullah, Subandi, Zainul Arifin, Ikram Ridwan Puspita, dan M. Hanafi. Mereka adalah teman sepermainan.

Kejadian itu bermula ketika kelima pemuda itu melewati kebun timun yang buahnya sudah mulai ranum di Desa Jumputrejo, Kecamatan Sukodono. Kelima pemuda yang mengendarai lima sepeda motor itu lantas berhenti dan berjalan mendekati pinggir kebun tersebut.

Mereka pun berencana mengambil timun emas yang terkenal enak itu. Namun saat salah seorang mengambil timun, penjaga kebun mengetahuinya. Dia pun langsung mengejar kelimanya.

Empat pemuda langsung naik ke atas sepeda motor dan memacunya dengan kecepatan tinggi secara berboncengan. Namun naas bagi Hafid yang gagal kabur. Pakaiannya berhasil terpegang dan terjatuh.

Penjaga kebun itu pun lantas mendekap tersangka sembari meminta tolong. Beberapa warga yang sedang meronda pun berduyun-duyun ke kebun tersebut. Keempat pemuda yang melarikan diri itu ternyata meninggalkan sepeda motornya.

Dari lima sepeda motor yang dibawa ke kebun, tiga di antaranya ditinggal kabur. Sedangkan dua lainnya digunakan untuk melarikan diri. Warga yang berhasil menangkap Hafid langsung menyerahkan ke Polsek Sukodono.

Setelah polisi memeriksa Hafid, identitas keempat tersangka lainnya langsung terungkap. Mereka lantas dipanggil untuk datang ke polsek. Empat tersangka menyerahkan diri bersama orangtua, perangkat desa, dan pemilik kebun. Kelimanya pun langsung diperiksa. Hasilnya, mereka mengakui telah mengambil timun itu.

“Mereka mengaku mencuri timun untuk sahur. Kasusnya masih kita tangani dan dalam pemeriksaan. Untuk kelima tersangka sementara ini masih kami tahan,” ujar Kapolsek Sukodono AKP Kasia.

Read More......

Rokok Elektronik Dilarang Beredar

Keberadaan rokok elektronik yang mulai marak diperjualbelikan di daerah-daerah tertentu menimbulkan kekhawatiran karena rokok ini dapat memicu kematian. Badan Pengawas Obat dan Makanan menegaskan pelarangan terhadap peredaran rokok elektronik karena efek yang ditimbulkan lebih berbahaya dibanding rokok biasa.

"Tidak ada negara yang setuju penggunaan rokok elektronik. China sebagai penemu awal rokok ini, yaitu tahun 2003, selanjutnya justru melarang keberadaan rokok ini sendiri karena dianggap membahayakan kesehatan. Hal yang sama (pelarangan rokok elektronik) akan terjadi di Indonesia," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makana (BPOM) Indonesia Kustantinah di kantornya, Jumat (13/8/2010).

Hal yang mendasari pelarangan tersebut adalah kandungan toksin dalam jumlah banyak di rokok elektrik. "Sebetulnya isi dari rokok elektronik adalah zat nikotin. Bahan ini sangat toksin karena itu tidak disetujui keberadaannya dan tidak akan diakui untuk dikonsumsi," kata Kustantinah.

"Rokok elektronik dianggap lebih berbahaya dibanding rokok biasa karena apabila rokok biasa terdiri dari berbagai campuran (tidak 100 persen nikotin), maka rokok elektronik seluruhnya mengandung nikotin," kata Kustantinah.

Lebih lanjut, Kustantinah menyatakan bahwa dalam rokok elektronik terkandung jenis nikotin yang bervariasi, yaitu nikotin pelarut, propilen glikol, dietilen glikol, dan gliseren yang apabila dipanaskan akan menghasilkan nitrosamine.

"Larutan nitrosamine ini nantinya kan menjadi penyebab munculnya kanker," kata Kustantinah.

Saat ini, menurut Kustantinah, BPOM sedang dalam tahap koordinasi dengan Menteri Kesehatan serta Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk mencegah produk ini masuk ke Indonesia sekaligus menarik produk yang sudah ada di pasaran.

Read More......

Ratusan Orang Telah Tertular Anjing Gila

Jumlah kasus rabies atau anjing gila di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Jika selama tahun 2009 terjadi 139 kasus, hingga bulan Agustus ini saja sudah ada 113 orang yang tewas karena 'ikut gila'.


Salah satu wilayah dengan tingkat penularan cukup tinggi pada tahun ini adalah Bali, yang hingga 9 Agustus 2010 telah mencatat 53 korban tewas. Berikutnya adalah Pulau Nias dengan 23 korban tewas sampai dengan 26 Juli 2010.

Pulau Nias telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa pada bulan Februari yang lalu. Menyusul berikutnya adalah Kepulauan Riau pada April 2010, meski Kementerian Pertanian belum menemukan spesimen positif pada hewan di wilayah tersebut.

Hingga Juli 2010, Kementerian Kesehatan telah menerima laporan kasus dari 24 provinsi dan tengah menunggu dari 4 provinsi. Untuk sementara, tinggal 9 provinsi yang masih dinyatakan bebas rabies.

Menariknya, penyebaran penyakit rabies mulai menjangkiti daerah-daerah yang sebelumnya bebas dari penyakit tersebut. Sebelum tahun 2008, Bali tidak terjangkit sementara Pulau Nias bahkan termasuk daerah yang secara historis bebas dari rabies.

Salah satu dugaannya adalah, rabies masuk ke pulau-pulau kecil tersebut melalui anjing milik nelayan ilegal yang datang dari daerah terjangkit. Nelayan ilegal dari wilayah Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan membawa anjing di kapal, karena meyakini binatang tersebut bisa mengenali tanda-tanda bahaya dalam pelayaran misalnya badai.

"Prioritas kita saat ini, minimal bisa mempertahankan wilayah yang bebas rabies agar tidak terjangkit. Antara lain Jawa Timur dan Lombok yang paling dekat dengan Bali," ungkap direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Kemenkes, Dr Rita Kusriastuti, MSc, dalam jumpa pers di Kemenkes, Jakarta, Jumat (13/8/2010).

Sementara untuk menanggulanginya, Kementerian Kesehatan menggalakkan vaksinasi terhadap anjing di daerah terjangkit. Pembentukan 43 rabies center di Bali telah menjangkau sedikitnya 360 ribu dari seluruh populasi anjing di wilayah tersebut yang diperkirakan mencapai 500 ribu.

Tenaga Kesehatan

Sementara itu dalam kesempatan yang sama Kepala Badan PPSDM Kemenkes, dr Bambang Giatno Rahardjo, MPH mengatakan hingga Agustus 2010, sudah ada 789 tenaga kesehatan yang siap disalurkan ke daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTTPK). Jumlah itu untuk memenuhi kebutuhan 257 puskesmas di 35 kabupaten DTTPK.

Dari jumlah tersebut yang disalurkan melalui jalur pegawai tidak-tetap (PTT) adalah 346 dokter dan dokter gigi dan 140 bidan. Sementara yang disalurkan melalui jalur penugasan khusus berjumlah 303 orang tenaga kesehatan, antara lain perawat, tenaga gizi, sanitarian, analis kesehatan dan tenaga farmasi.

Read More......

Minuman Isotonik Tidak Cocok untuk Sahur

Saat ini marak iklan agar mengonsumsi minuman isotonik saat sahur. Tapi sebaiknya masyarakat tidak terkecoh, karena minuman isotonik justru sebaiknya dihindari saat sahur.

"Larutan isotonik sebenarnya diindikasikan untuk menggantikan cairan atau ion tubuh yang hilang melalui keringat akibat berolahraga atau beraktivitas berat. Sementara pada saat sahur orang justru baru bangun tidur dan tidak mengalami kehilangan banyak cairan," ujar Dr H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM dalam rilisnya, Jumat (13/8/2010).

Dr Ari menuturkan sahur biasanya dilakukan saat seseorang baru bangun tidur sekitar jam 3-4 pagi. Pada kondisi normal, saat baru bangun tidur orang tidak akan mengalami kehilangan cairan dan elektrolit. Sehingga jelas bahwa larutan isotonik tidak dibutuhkan saat seseorang sahur.

Larutan isotonik yang beredar dimasyarakat umumnya berisi unsur gula, ion atau elektrolit antara lain natrium, kalium, kalsium, magnesium dan klorida. Bahkan ada juga beberapa larutan isotonik yang ditambahkan dengan vitamin.

Unsur-unsur ini kata Dr Ari ada konsekuensinya. Seperti gula yang terkandung harus diperhitungkan sebagai asupan kalori, terutama bagi orang yang memiliki obesitas atau diabetes melitus yang harus membatasi asupan kalorinya.

Sedangkan elektrolit natrium (Na) yang dikonsumsi berlebihan bisa memperburuk tekanan darah pada orang yang memiliki hipertensi.

Begitu pula dengan tambahan elektrolit lain pada larutan isotonik akan memperburuk fungsi ginjal seseorang yang memang sudah memiliki gangguan ginjal sebelumnya.

"Sebagian produk isotonik ini ada juga yang berasa asam, hal ini tentu saja akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada orang yang memiliki masalah lambung," ujar dokter dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Lambung dan Pencernaan, FKUI-RSCM.

Dr Ari memberikan contoh salah satu pasiennya yang berusia 60-an tahun merasa mual dan nyeri di uluhati setelah mengonsumsi salah satu minuman isotonik saat menjelang imsak. Pasien ini akhirnya terpaksa membatalkan puasanya. Pasien ini menuturkan alasannya mengonsumsi minuman isotonik karena takut kehilangan cairan dan ion selama ia berpuasa.

"Padahal menurut saya pasien ini dan keluarganya tidak membutuhkan larutan isotonik tersebut," ungkap Dr Ari.

Menurut Dr Ari seharusnya pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menertibkan iklan-iklan yang menyesatkan seperti minum larutan isotonik saat sahur.

Sementara Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM Dr Ir Roy Alexander Sparringga M.App.Sc ketika dikonfirmasi tentang maraknya iklan-iklan makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak pada tempatnya itu, mengaku masih mempelajari masukan dari masyarakat.

"Saya akan mempelajari dan memperhatikan terlebih dahulu mengenai hal ini," ujar Dr Roy ketika dikonfirmasi usai jumpa pers obat tradisional di kantor BPOM, Jl Percetakan Negara, Jakarta.

Masyarakat diharapkan lebih kritis dan tidak mudah terkecoh oleh ajakan-ajakan iklan yang tidak tepat, sehingga tidak merugikan diri dan kesehatannya sendiri.

Read More......