Ada jutaan sperma yang dikeluarkan pria ketika berhubungan intim, namun dari jumlah itu hanya satu sperma yang berhasil memecahkan sel telur. Ilmuwan kini mampu melihat bagaimana persaingan sperma menuju sel telur secara real time.
Peneliti menggunakan metode 'Glow in the dark' untuk menyingkap rahasia sperma menuju sel telur. Hasilnya, sperma-sperma itu bergerak cepat, lincah dan penuh persaingan.
Selama ini belum ada metode real time yang bisa melihat pertempuran jutaan sperma masuk ke sel telur. Namun dengan 'Glow in the dark' bisa terlihat bagaimana ketatnya persaingan sperma yang berhasil menuju sel telur.
Penemuan ini diharapkan bisa menjadi jalan keluar bagi penyembuhan masalah infertilitas (mandul). Dengan melihat gerakan sperma seperti apa yang mampu mencapai sel telur diharapkan pengobatan bayi tabung juga bisa menjadi lebih efektif.
Asal tahu saja, dalam pembuatan bayi tabung, sperma dan sel telur yang dipersiapkan sangat banyak tapi jarang yang bisa berhasil bertemu, sehingga pengobatannya dilakukan berulang-ulang.
Peneliti di Amerika Serikat menggunakan teknologi genetika dengan menguji coba sperma lalat buah (Drosophila melanogaster) yang diberi cahaya hijau dan merah di ruangan gelap.
Dari situ peneliti dapat melihat peristiwa yang sebelumnya tidak dapat teramati yang mana metode 'glow in the dark' yang digunakan ilmuwan dari Syracuse University bisa dipantau secara real time.
Hasilnya sangat mengejutkan, peneliti bisa melihat persaingan antara sperma dan siapa yang kuat adalah komponen kunci dari seleksi seksual.
"Tujuan utama kami dengan teknologi sperma 'glow in the dark' secara real time ini adalah untuk mengatasi mekanisme yang mendasari persaingan sperma," ujar Scott Pitnick, profesor biologi di Syracuse University's College of Arts and Sciences, seperti dilansir dari Sciencedaily, Minggu (15/8/2010).
Pitnick menjelaskan, setiap kali makhluk betina melakukan hubungan dengan lebih dari satu pejantan, maka terjadi masalah untuk menentukan sperma mana yang telah berhasil membuahinya dan siapa yang harus menjadi ayahnya.
Namun, dengan kemajuan besar dalam teknologi biologi reproduksi ini, bisa menciptakan alat molekuler untuk menentukan siapa ayah dari keturunan yang dihasilkan.
Dengan mengukur gerakan dan nasib sperma dengan cahaya hijau dan merah yang diinseminasikan dalam tubuh betina, yang kemudian diamati mobilitasnya secara real time, peneliti dapat membedakan antara mekanisme yang mendasari hipotesis sperma prioritas (yang dapat mencapai telur).
"Rahang kami hampir jatuh ke lantai saat pertama kali menyaksikan hasil penelitian ini. Kami selama bertahun-tahun mempelajari hal ini di bawah mikroskop, tapi hari itu kami dapat melihatnya secara jelas. Sperma terus bergerak di dalam tubuh betina dan menunjukkan perilaku kompleks yang sangat mengejutkan," terang Pitnick.
Pitnick berharap temuan ini juga akan memberikan wawasan baru ke dalam ilmu biologi terutama bidang reproduksi dan seleksi seksual manusia.
Dalam kondisi normal ketika bersenggema, sperma pria masuk melalui vagina lalu melewati leher rahim menuju mulut rahim. Kemudian seprma-sperma itu berenang di dalam rahim terus menuju saluran telur (tuba fallopi). Ada sperma yang bisa mencapai saluran telur tapi banyak juga yang tersesat.
0 comments:
Post a Comment